Menari Ditengah HUJAN

Posted by vherent | Posted in | Posted on 04.17


Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Aku menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.


Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, aku putuskan untuk melakukannya sendiri..

Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.
Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir. Aku sangat terkejut dan berkata, “ Dan Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi??” Dia tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, ”Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, kan?”

Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tanganku masih tetap merinding. Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hidupku.

Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi. Sebagaimana cinta Yesus yang murni.

Pengalaman ini menyampaikan satu pesan penting: Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Tidak berharap imbalan apa yang akan mereka terima dari apa yang mereka perbuat.

Demikianlah teladan yang telah lebih dahulu ditunjukan oleh Bapa di surga. Meskipun ia telah mengorbankan anaknya dikayu salib, dan tidak sedikit yang menolak kasih-Nya, namun tidak pernah terbesit dalam hati-Nya untuk menarik kembali kasih yang telah Ia berikan. Sekalipun makhluk yang ia cintai menolak-Nya sebagai Tuhan, namun Ia tidak pernah lupa, sebab Ia mengenal dan mengasihi ciptaan-Nya.

Tidak pernah ada seorangpun yang menang tanpa bertanding. Akan selalu ada arena untuk membuktikan hal itu. Perjuangan yang dihadapi seorang pemenang tidaklah lebih sulit daripada yang dihadapi orang yang gagal. Hanya saja mereka yang menang adalah mereka yang tidak menyerah dengan keadaan tapi membuat keadaan menyerah dengan mereka.

Jangan sampai keadaan membuat kita kehilangan jati diri kita sebagai seorang pemenang, sebab Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang menang atas keadaan. Jangan biarkan diri Kita dibuat menyerah dengan keadaan, tapi buatlah keadaan menyerah pada diri Kita. Because we know that “ GOD Is Our Victory!!

Hidup bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah hujan…

Comments (0)

Posting Komentar